Wow, siapa sangka seorang bakul jamu menjadi utusan PBB
Ilustrasi penjual jamu: joglosemar.co.id |
fendysastra.blogspot.com Siapa tak mengenal Martha Tilaar. Perempuan pengusaha jamu dan kecantikan yang terlahir di Kebumen, Jawa tengah, 4 September 1937 adalah pemilik perusahaan Martha Tilaar Group (MTG). Grup bisnis dengan merek unggulan Sariayu Martha Tilaar.
Martha Tilaar senantiasa memiliki mimpi untuk menjadi nyonya dan tuan di negeri sendiri. Impian itu dijaganya sejak memulai menjadi penjual jamu dan salon kecantikan, hingga merambah Asia Tenggara.
"Terkadang kami sedih, semua tumbuhan di Indonesia punya orang lain," kata Martha Tilaar, ketika ditemui di kantornya, kawasan Industri Pulogadung, Jakarta.
Dari kegelisahannya itu, kemudian Martha Tilaar berpikir untuk membuat penelitian. Pemicunya sederhana, kekayaan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia tidak hanya dinikmati oleh orang lain.
Memang, diakuinya, perkara membuat penelitian bukan hal yang mudah di Indonesia. Sebab, perlu penelitian menyeluruh, bukan hanya persoalan penjualan sumber daya semata.
"Melalui research and development, waktu Pak Kus (Kusmayanto Kadiman) jadi Menristek, saya beranikan diri sebagai bakul jamu. Saya bilang kami punya orang-orang pintar, banyak profesor, sarjana, ayo apa yang bisa dilakukan," ujarnya.
Jika tidak punya teknologi, Martha khawatir, Indonesia tak dapat melakukan apa pun di tengah sumber daya alam yang melimpah. Alhasil, Indonesia selalu mengekspor bahan mentah jamu dan mengimpor kosmetik dari luar negeri. "Itu jadi tantangan saya," ungkapnya.
Bersama Menteri Riset dan Teknologi, Kusmayanto, perusahaan pun mulai menggelar lomba penelitian. Idenya adalah merealisasikan ide para profesor yang mempunyai hasil riset. "Sudah jadi profesor punya riset, tapi masih di awang-awang," kata dia.
Selama ini, dia melanjutkan, pengguna kosmetik di Indonesia lebih bangga menggunakan produk asing. Sementara itu, jika menggunakan produk lokal akan merasa malu. "Ini yang perlu diubah," kata Martha.
Berbekal perusahaan yang memang bergerak di bidang jamu dan kosmetik, Martha merasa mempunyai jalan untuk mewujudkan mimpinya itu. Dia tidak akan membuat saham perusahaannya naik atau turun. Mimpinya hanya ingin agar perusahaannya bisa memperbaiki kualitas sehingga bisa bersaing.
"Dari hulu ke hilir agar petani bisa makmur, agar swasembada. Ini langkah panjang, makanya kami harus sabar. Karena harus berjuang terus," tuturnya.
Tak hanya lewat penelitian, Marta Tilaar juga menggagas green factory jamu, pelatihan para perempuan di lembaga pemasyarakatan, penguatan para wanita di daerah, dan menjadi trainer. Lewat strategi itu, Martha berharap bisa menularkan semangatnya.
Untuk saat ini, mimpi tersebut memang masih terus berupaya diwujudkan. Namun, upaya Martha tak sepenuhnya sia-sia. Karier bisnisnya yang berawal dari sekadar tukang jamu, kini telah naik status dengan berbagai penghargaan yang diraihnya.
Bahkan, Martha Tilaar memperoleh penghormatan dengan ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon untuk menjadi salah satu dari 14 New Global Compact Board Members, Strengthens Focus on Business Engagement.
"Selalu lestarikan budaya agar bisa melestarikan kecantikan perempuan Indonesia dan budaya timur. Bukan apa yang dari barat itu baik, tapi be yourself. Kenapa? Agar manusia Indonesia menghargai kecantikan dalam negeri," tegasnya.
Martha Tilaar Group mulai dirintis oleh Martha Tilaar pada 1970 dengan membuka salon kecantikan Martha di garasi rumah orang tuanya, Yakob Handana, di Jalan Kusuma Atmaja 47 Menteng, Jakarta.
Kemudian, pada 1972, dia membuka salon keduaya. Martha Griya Salon di Menteng, yaitu jamu tradisional dan kosmetika berbasis industri rumahan dimulai. Setelah itu, produksi ramuan obat-obatan dan kosmetik Sariayu Martha Tilaar dibuka di Cipete, Jakarta.
Pada 1977, perusahaan ini bermitra dengan Theresia Harsini Setiady (pendiri Kalbe Group), menjadi PT Martina Berto dan meluncurkan Sariayu Martha Tilaar sebagai merek yang memproduksi obat herbal modern dan produk kecantikan.
Pada 1981, PT Martina Berto mendirikan pabrik sendiri di kawasan Industri Pulogadung dan kemudian mendirikan pabrik kedua pada 1983 di lokasi yang sama.
PT Sari Ayu Indonesia didirikan kemudian pada 1983 untuk mendukung PT Martina Berto dalam mendistribusikan produk kosmetiknya.
Saat ini, Grup Martha Tilaar hampir telah memiliki sejumlah lini bisnis di Indonesia. Martha Tilaar mempunyai PT Martino Berto (manufaktur, pemasaran untuk pasar Indonesia dan internasional), PT Sari Ayu Indonesia (distributor produk kosmetik Martha Tilaar Grup), dan PT Martha Beauty Gallery (penawaran kecantikan konseling dan pelayanan pendidikan).
Selain itu, terdapat PT Cantika Puspa Pesona (lokal dan internasional waralaba manajemen untuk Martha Tilaar Spa, Dewi Sri Spa oleh Martha Tilaar, Eastern Garden Spa oleh Martha Tilaar), PT Kreatif Gaya (perusahaan agen iklan), PT Estrella Lab (lisensi dari Jerman Henkel Kosmetik), dan PT Kreasi Boga (agen sumber daya manusia)
Sumber: vivanews
0 comments:
Post a Comment