Aparat keamanan dinilai sering memutarbalikkan fakta atas setiap insiden yang terjadi ketika mereka melakukan pengamanan terhadap aksi massa. “Seolah-olah warga Mesuji melakukan kekerasan dan mengancam aparat dalam aksi massa itu,” kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia(Walhi), Berry Nahdian Forqan, kemarin.
Berry menyatakan pemutarbalikan fakta yang dilakukan aparat keamanan kemungkinan juga terjadi pada kasus kematian Made Asta, korban tewas bentrok di Register 45, Mesuji, Lampung, pada 6 November 2010 lalu. “Informasinya kan memang ada rekayasa,” ujarnya.
Made Aste tewas tertembak peluru tim terpadu penertiban di Register 45, Mesuji, Lampung. Tim terpadu penertiban terdiri dari unsur kepolisian, pasukan pengamanan perusahaan, dan polisi hutan. Peristiwa itu merupakan ujung konflik lahan antara warga setempat dengan PT Silva Inhutani.
Berdasarkan rekaman video yang dimiliki Tim Gabungan Pencari Fakta Mesuji, terlihat semula di tangan Made Asta tidak terdapat parang. Beberapa saat kemudian, dalam kerumunan aparat dan warga, tangan kanan Made seolah-olah memegang parang. Dalam video, terekam juga seorang aparat membetulkan posisi parang di tangan Made yang sempat lepas.
Menurut Berry, aparat keamanan selalu menggunakan kekuatan yang berlebihan untuk melakukan pengamanan di setiap lokasi aksi massa yang berkaitan dengan konflik lahan antara warga setempat dengan sebuah perusahaan. “Kenapa? Karena mereka seperti ‘anjing perusahaan’. Mereka dibayar untuk mengamankan aset perusahaan,” ucap dia.
Tentang dugaan rekayasa kematian Made Asta, Kepolisian RI berjanji akan meninjau kembali ke lapangan tentang kebenaran kabar adanya polisi yang sempat menaruh parang di tangan Made Asta. Namun, sejauh ini Polri belum menentukan waktu pelaksanaan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengusut pelaku yang meletakkan parang di tangan Made Asta.
Polri akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu dengan Kepolisian Daerah Lampung. “Jadi para penyidik akan melakukan cross check dulu dengan Polda Lampung,” kata Juru Bicara Markas Besar Polri, Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, Minggu lalu.
Sumber:
0 comments:
Post a Comment