Wednesday, May 30, 2012

Mengapa Sukhoi 'Nyasar' ke Gunung Salak?



fendysastra.blogspot.com Sesaat sebelum akhirnya menghilang dari radar Rabu 9 Mei 2012 petang, Sukhoi Superjet-100 yang dikemudikan pilot, Alexander Yablontsev meminta izin turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Sehari kemudian, pesawat komersil buatan Rusia dengan register 97004 itu ditemukan hancur di tebing Gunung Salak.

Soal mengapa permintaan tersebut diizinkan pihak air traffic controll (ATC), Kementerian Perhubungan mengungkapkan alasannya. Direktur Navigasi Kementerian Perhubungan, Ichwanul Idris mengatakan, saat itu sedang berada di daerah aman, yakni area latihan pesawat di Lapangan Udara Atang Sanjaya, Bogor.

Mengapa pesawat bisa berada di luar daerah aman tersebut? Sementara Gunung Salak memiliki ketinggian mencapai 7.000 kaki. "Pilot (SSJ 100) masuk ke daerah training pesawat di Atang Sanjaya itu, tidak akan kenapa-kenapa. Yang jadi masalahnya sekarang adalah kenapa pesawat itu ada di gunung. Itu yang jadi pertanyaannya, yang sekarang kami belum berani memastikannya," kata Ichwanul Idris usai diskusi "Mayday Sistem Navigasi Pesawat Udara Kita", di Cava Cafe, Cikini, Jakarta, Rabu 30 Mei 2012.

Menurutnya, jarak area training di Lanud ATS itu dengan Gunung Salak itu cukup jauh, yakni sekitar 2-3 mil. Masih menurut dia, pesawat SSJ 100 yang membawa 45 penumpang itu masih aman terbang di atas area latihan pesawat Lanud ATS, bahkan meski terbang di ketinggian 3.000 kaki.

"Nah itu dia jadi masalah ketemu gunung. Mungkin nanti ada laporannya itu ketahuan di CVR (cockpit voice recorder) dan FDR (flight data recorder). Mungkin setelah diizinkan turun 6.000 feet, pilot teriak-teriak, ATC nggak dengar, bisa jadi," ujar dia.

"Tapi kan banyak pesawat yang dipantau ATC, enggak mungkin ATC melototin cuma satu pesawat saja," kata Idris.

Sementara itu, Pilot Boeing 747, Kapten Moses Morin belum bisa memastikan, apakah ada miskomunikasi antara pilot SSJ-100 dengan pihak ATC Bandara Soekarno Hatta yang mengizinkan turun ke 6.000 kaki. Namun, sesuai pengalamannya, di wilayah mana pun pilot pesawat sudah seharusnya selalu berkomunikasi dengan pihak ATC.

"Kami harus komunikasi dengan ATC clearnya berapa feet. Tapi clearnya pesawat itu di ketinggian kurang lebih sekitar 7200 feet. Nah, kenapa Sukhoi itu membuat desain ketinggian sendiri?," ujarnya.

Pesawat Sukhoi Superjet 100 mengalami kecelakaan setelah menabrak tebing salah satu puncak Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Rabu 9 Mei 2012 lalu.  Sebanyak 37 penumpang dan delapan awak dinyatakan tewas dalam kecelakaan tersebut.

Hingga saat ini penyebab kecelakaan pesawat belum diketahui. Bagian kotak hitam, FDR masih dalam proses pencarian




Sumber: vivanews

No comments:

Post a Comment