Monday, February 27, 2012

Awas, Wabah Flu Singapura Mengancam Balita Anda

Ilustrasi penyakit flu Singapur: Widodo Judarwanto/Children Grow Up Clinic
:
fendysastra. Dalam beberapa waktu terakhir ini, wabah kasus flu Singapura mengancam warga Jakarta. Setiap hari, kasusnya semakin merebak dan meningkat pesat. Bahkan, beberapa sekolah TK di Jakarta sempat meliburkan diri beberapa hari karena wabah yang timbul di sekolah tersebut.

Sebut saja Sandiaz Audi, murid TK yang berusia 4 tahun tiba-tiba tidak mau minum susu dari botol dan tidak mau makan. Bahkan anak saya sampai nangis menjerit-jerit kalau mau ditidurkan dan diberi susu botol. Ternyata di mulutnya timbul banyak sariawan. Beberapa hari kemudian, di kedua telapak kaki dan tangannya muncul bintil-bintil berisi air. Bisul itu semula kecil tetapi lama kelamaan bertambah besar. Bentuknya mirip seperti cacar air.  Karena selama 3 hari tidak mau makan dan minum sama sekali akhirnya dirawat di rumah sakit dan didiagnosis terkena flu Singapura.
Bila diabaikan dan dianggap remeh, maka bisa saja infeksi virus yang cepat sekali penularannya itu benar-benar mewabah dan akan menjadi bencana lokal di Jakarta seperti halnya wabah nasional yang terjadi beberapa tahun yang lalu di Singapura

“Flu Singapura” sebenarnya adalah penyakit yang didunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ). Sebenarnya istilah Flu Singapura adalah kurang tepat karena dalam literatur dan dalam istyilah dunia kedokteran tidak dikenal istilah demikian.

Mengapa disebut flu Singapura, sampai sekarang juga belum diketahui asal usulnya. Mungkin saja karena pertengahan September tahun 2000 lalu, penyakit tangan, kaki dan mulut pernah merebak di Singapura. Pemerintah Singapura bahkan sampai menganjurkan agar seluruh restoran siap saji, kolam renang, dan tempat bermain anak-anak ditutup sementara setelah tiga anak diberitakan meninggal karena diduga terkena penyakit tersebut. Sebanyak 440 taman kanak-kanak (TK) dan 557 pusat perawatan anak diliburkan.

Infeksi KTM adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (bahasa Spanyol Pico:kecil), genus Enterovirus (non Polio). Dalam dunia kedokteran, di dalam genus Enterovirus terdiri dari virus Coxsackie A, virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus. Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.

Penyakit KTM sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah penyakit umum yang menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun (kadang sampai 10 tahun). Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang-barang yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tak ada vaktor tapi ada pembawa seperti lalat dan kecoa. Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain enterovirus lainnya.

Wabah KTM cenderung terjadi setiap 3 tahun di Amerika Serikat. Kejadian HFMD di seluruh dunia dilaporkan. Pola musiman terjadi di daerah beriklim sedang, dengan kejadian puncak pada akhir musim panas dan awal musim gugur. Infeksi KTM lebih berat pada bayi dan anak dibandingkan orang dewasa, tetapi umumnya, penyakit ini memiliki manifestasi ringan.

Penyebab dan Penularan

Penyebab yang paling sering terjadi adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.

Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. Penyakit ini merupakan penyakit umum atau biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun (kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus, kecuali bila daya tahan tubuhnya menurun. Masa inkubasinya sekitar 2-5 hari. Sementara untuk waktu terekspos sampai terkena penyakit 3-7 hari.

Penularannya melalui kontak langsung dari orang ke orang yaitu melalui droplet, pilek, air liur (oro-oro), tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa seperti nyamuk atau lalat . Penyakit ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya.

Beberapa penyakit yang juga disebabkan karena virus sejenis ini adalah vesicular stomatitis dengan exanthem (KTM) – Cox A 16, EV 71 (infeksi KTM) dan vesicular pharyngitis (Herpangina) – EV 703, dab acute lymphonodular pharyngitis – Cox A 10.

Gejala awal adalah demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), tidak ada nafsu makan, pilek, ruam di bagian mulut, tangan dan kaki, dan mungkin di bagian popok. Gejala seperti flu pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan.  Timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh memerah/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki.

Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Jenis virus tertentu gejalanya dapat lebih parah yaitu demam tinggi lebih dari 38% selama 2 hari. Ada gejala flu, sesak napas, kejang-kejang, ulkus, seriawan pada rongga mulut, lidah, dan kerongkongan. Jika timbul gejala seperti ini harap sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif karena dapat menyebabkan kematian. Tempo pengasingan yang disarankan adalah hingga lepuh kering.

Manifestasi klinis infeksi KTM yang harus diwaspadai :
    Hiperpireksia ( suhu lebih dari 39 der. C).
    Demam tidak turun-turun (prolonged fever)
    Tachicardia (denyut jantung cepat)
    Tachypneu (sesak)
    Tidak mau makan, muntah atau diare sehingga kekurangan cairan dehidrasi.
    Lethargi atau lemah dan kesadaran menurun
    Nyeri pada leher,lengan dan kaki.
    Kejang.


Komplikasi

Meski sangat jarang, dalam keadaan daya tahan tubuh yang sangat rendah atau immunocomprimized dapat terjadi komplikasi yang berbahaya dan mengancam jiwa. Komplikasi yang dapat terjadi adalah Meningitis atau infeksi otak (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial) atau Encephalitis ( infeksi otak bulbar ). Komplikasi yang sangat jarang lainnya adalah Myocarditis atau gangguan jantung (Coxsackie Virus Carditis) dan gangguan persarafan pericarditiso paralisis akut flaksid.

Infeksi enterovirus juga dapat menyebabkan miokarditis, pneumonia, meningoensefalitis, dan bahkan kematian. Infeksi ini jarang terjadi berulang dalam waktu dekat. Meski secara umum infeksi ini ringan namun, sebuah wabah besar infeksi KTM disebabkan oleh Enterovirus 71 di Taiwan dilaporkan terjadi angka kematian tinggi sekitar 19,3% pada kasus berat. Kematian disebabkan karena akibat perdarahan paru. Selama wabah ini, angka kematian yang tertinggi pada anak-anak muda dari usia 3 tahun. Sedangkan kasus infeksi KTM di Singapura pernah dilaporkan telah merenggut 7 korban jiwa, sebagian besar dari pneumonitis interstisial atau ensefalitis batang otak.

Infeksi KTM adalah penyakit ringan, namun dalam keadaan temuan fisik yang tidak biasa, peningkatan jumlah sel darah putih, dan muntah dan tidak adanya ulkus oral atau luka sariawan di mulut mungkin menandakan pasien dengan risiko tinggi hasil yang dapat berakibat fatal. Dalam salah satu penelitian terhadap wabah infeksi KTM yang disebabkan oleh Enterovirus 71 di Sarawak, Malaysia, dilaporkan terdapat 3 faktor risiko klinis untuk membantu mendeteksi anak-anak berisiko untuk komplikasi neurologis. Total durasi demam selama 3 hari atau lebih, ketinggian puncak suhu lebih besar atau sama dengan 38,5 ° C, dan riwayat kelemahan tubuh secara umum terkait dengan pleositosis cairan serebrospinal.

Infeksi KTM bila terkena pada ibu hamil pada trimester pertama dapat mengakibatkan aborsi spontan atau hambatan pertumbuhan dalam kandungan.

Penanganan

Tidak ada penanganan khusus dalam infeksi penyakit ini. Disarankan istirahat yang cukup. Sedangkan pengobatan spesifik tidak ada. Pengobatan simptomatik atau mengobati gejalanya. Pada hampir semua kasus tidak perlu pemberian antibiotik. Pemberian obat jamur untuk oles mulut tidak ada relevansinya secara langsung dengan penyeakit ini karena penyebab infeksinya adalah virus. Kadangkala, dibutuhkan antiseptik atau obat kumur penghilang rasa sakit didaerah mulut. Pemberian obat demam atau penghilang rasa sakit analgesik misal parasetamol. Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam.

Masalah yang paling mengganggu adalah kesulitan makan dan minum yang dialami penderita. Hal ini terjadi karena terjadi banyak luka kecil seperti sariwan di sekitar mulut yang sangat sakit dan pedih saat makan. Dalam keadaan tertentu, kadangkala pemberian makan dan minum yang dingin dapat mengurangi rasa sakit saat makan. Makan dan minum dingin tersebut seperti es teh manis, bubur sumsum dingin atau susu yang dingin.

Penyakit ini adalah dapat sembuh sendiri atau self limiting diseases. Biasanya akan membaik dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut di atas.

Pencegahan

Penyakit ini diduga sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Tetapi, tampaknya pada masyarakat menengah ke atas dengan sanitasi yang baik pun masih sering terjadi. Penularan juga sering terjadi di tempat yang padat seperti sekolah. Untuk mencegah penyakit ini, penting untuk kembali menerapkan kebersihan, higiene serta sanitasi dengan memperhatikan kesehatan lingkungan dan perorangan misalnya cuci tangan, desinfeksi peralatan makanan, mainan, handuk yang memungkinkan terkontaminasi.

Infeksi KTM tersebar dari orang ke orang melalui hidung dan cairan tenggorokan seperti air liur, dahak, atau ingus, cairan yang melepuh, atau tinja dari orang yang terinfeksi. Cucilah tangan dengan baik dan sering dengan sabun dan air. Lakukan pula disinfeksi permukaan yang kotor dan barang-barang kotor.

- Cuci tangan dengan seksama. Pastikan untuk mencuci tangan sering dan menyeluruh, terutama setelah menggunakan toilet atau mengganti popok. Dan sebelum menyiapkan makanan dan makan. Bila sabun dan air tidak tersedia, gunakan lap tangan atau gel diobati dengan membunuh kuman alkohol. Kalu perlu dalam keadaan seperti ini bila bersekolah dan bepergian ke tempat umum menyediakan tisu basah atau hand wash anti septik.

- Disinfeksi area publik. Bersihkan dengan cermat daerah area publik dengan sabun dan air, lalu dengan larutan diencerkan pemutih klorin, sekitar 1/4 gelas (59 ml) dari pemutih untuk 1 galon (3,79 liter) air. Pusat perawatan anak harus mengikuti jadwal ketat pembersihan dan desinfeksi semua area umum, termasuk item bersama seperti mainan, karena virus dapat hidup di benda-benda ini selama berhari-hari. Bersihkan dot bayi Anda sering.

- Ajarkan kebersihan yang baik. Tunjukkan anak Anda bagaimana untuk menerapkan kesehatan yang baik dan bagaimana menjaga diri mereka bersih. Jelaskan kepada mereka untuk tidak menempatkan jari, tangan atau benda lain di mulut mereka.

- Mengisolasi orang menular. Karena infeksi ini sangat menular secara cepat maka harus dibatasi kontak terhadap orang lain. Hindari kontak erat seperti mencium, memeluk, atau berbagi peralatan makan atau gelas dengan orang yang terinfeksi. Hindari penderita infeksi KTM dari penitipan anak atau sekolah sampai gejala demam hilang dan mulut luka telah sembuh. Bila perlu anak tidak bersekolah selama satu minggu setelah timbul rash sampai panas hilang. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan. Di rumah sakit, “universal precaution” harus dilaksanakan. Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (imunisasi)

Sumber: kompas.com

No comments:

Post a Comment