Moshe Kai Cavalin |
fendysastra. Umumnya anak berusia 14 tahun baru duduk di SMP. Namun di usia 14 tahun, Moshe Kai Cavalin malah bersiap menggondol gelar sarjana dari University of California, Los Angeles (UCLA). Luar biasa!
Moshe lahir di Hari Valentine 1998. Dia memulai kuliah di usia 8 tahun saat anak-anak sebayanya masih duduk di bangku SD. Gelar diploma dari East Los Angeles Community College diperoleh Moshe saat berusia 11 tahun. Indeks Prestasi (IP)-nya pun sempurna 4,0. Nah, saat ini dia bersiap menjadi sarjana di jurusan Matematika.
Meski super cerdas, namun Moshe tidak mau disebut sebagai seorang yang jenius. Karena baginya yang terpenting adalah kerja keras.
"Yang harus Anda tahu adalah tidak butuh untuk benar-benar menjadi seorang jenius. Anda hanya harus bekerja keras dan menyelesaikannya," kata Moshe yang memiliki 3 kewarganegaraan, Amerika Serikat (AS), China dan Brasil.
Selepas sarjana, remaja ini ingin terus melanjutkan sekolahnya. Beberapa universitas yang jadi bidikannya adalah Stanford, Massachusetts Institute of Technology (MIT) atau University of Nevada, Las Vegas untuk mengambil matematika, astrofisika, maupun fisika teoritik. Alternatif lainnya adalah mengambil bisnis di Harvard. Moshe juga bermimpi mendapat lisensi pilot. Seorang remaja dengan banyak impian!
Meski jenius, hidupnya tidak hanya habis bersama tumpukan-tumpukan buku. Moshe gemar berlatih bela diri. Dia bahkan bermimpi dapat ikut olimpiade bela diri meskipun selama ini dia telah sering ikut kompetisi bela diri. Kesukaannya pada bela diri membuat Moshe juga senang menonton film-film kung fu dari China. Aktor favoritnya adalah Jet Li, Bruce Lee dan Jackie Chan.
Moshe juga suka bermain piano, sepakbola, catur, dan berenang. Lalu apa yang tidak disukainya? Hmm..rupanya dia tidak suka bermain video game. Alasannya, permainan itu tidak memberikan keuntungan bagi umat manusia. Dia juga tidak terlalu suka menonton televisi. Moshe membatasi waktunya menonton 'kotak ajaib' itu hanya empat jam seminggu.
Rupanya remaja yang menguasai bahasa Spanyol, Portugis, Italia, Inggris, dan Mandarin ini tidak pelit dalam membagi tips sukses. Dia berbagi kiat suksesnya dengan menerbitkan buku setebal sekitar 100 halaman. 'We Can Do' demikian judul bukunya. Butuh waktu 4 tahun bagi Moshe untuk menyelesaikan buku itu. Maklum dia cukup sibuk dengan berbagai aktivitasnya.
'We Can Do' ditulis dalam bahasa Inggris untuk pasar Amerika. Sedangkan untuk pasar Asia, Moshe menulisnya dalam bahasa Mandarin. Dari buku itu diperoleh pelajaran jangan menaruh semua telur di satu keranjang. Berdasar cara Moshe, sebaiknya mengambil sedikit telur lalu menempatkannya di satu keranjang dan jangan terganggu dengan keranjang-keranjang lainnya. Fokuslah!
Di buku itu, Moshe menyarankan agar melakukan hal-hal terbaik selama masih ada waktu. Ini tidak berarti seseorang harus belajar sepanjang hari. Banyak hal yang bisa dilakukan di waktu-waktu yang kita miliki. Seseorang yang serius melakukan hobinya pun bisa berhasil. Misalnya Moshe yang menekuni hobi bela diri, memiliki banyak piala dari olahraga ini.
Jika Anda memang memiliki hobi tertentu, taruhlah hati dan pikiran Anda di dalamnya. BUatlah investasi terbaik di waktu luang Anda. Tanamkan dalam benak Anda, "Kita bisa". Tidak akan ada yang mustahil jika Anda berupaya keras untuk mewujudkannya.
Sumber: detiknews
0 comments:
Post a Comment